Jumat, 14 Januari 2011

RENUNGAN

Seseorang telah menuliskan kata-kata yang indah ini.
Cobalah ambil sedikit untuk mengerti maknanya
 
1.  Doa bukanlah "ban serap" yang dapat kamu keluarkan ketika dalam masalah, tapi "kemudi" yang menunjukkan arah yang tepat.
 
2.  Kenapa kaca depan mobil sangat besar dan kaca spion begitu kecil?
Karena masa lalu kita tidak sepenting masa depan kita.
Jadi, pandanglah ke depan dan majulah.
 
3. Pertemanan itu seperti sebuah buku.
Hanya membutuhkan waktu beberapa detik untuk membakarnya, tapi butuh waktu tahunan untuk menulisnya.
 
4. Semua hal dalam hidup adalah sementara.
Jika berlangsung baik, nikmatilah, karena tidak akan bertahan selamanya.
Jika berlangsung salah, jangan khawatir, karena juga tidak akan bertahan lama.
 
5. Teman lama adalah emas!
Teman baru adalah berlian!
Jika kamu mendapat sebuah berlian, jangan lupakan emas! Karena untuk mempertahankan sebuah berlian, kamu selalu memerlukan dasar emas.
 
6. Seringkali ketika kita hilang harapan dan berpikir ini adalah akhir dari segalanya, Tuhan tersenyum dari atas dan berkata " Tenang sayang, itu hanyalah bengkokan, bukan akhir!
 
7. Ketika Tuhan memecahkan masalahmu, kamu memiliki kepercayaan pada kemampuanNya; ketika Tuhan tidak memecahkan masalahmu, Dia memiliki kepercayaan pada kemampuanmu.
 
8. Seorang buta bertanya pada St. Anthony : "Apakah ada yang lebih buruk daripada kehilangan penglihatan mata?" Dia menjawab :  "Ya ada, kehilangan visimu!"
 
9. Ketika kamu berdoa untuk orang lain, Tuhan mendengarkanmu dan memberkati mereka, dan terkadang, ketika kamu aman dan happy, ingat bahwa seseorang telah mendoakanmu.
 
10. Khawatir tidak akan menghilangkan masalah besok, hanya akan menghilangkan kedamaian hari ini

Kamis, 13 Januari 2011

Beramal Secara Cerdik

Seringkali dalam kehidupan sehari-hari, kita merasa terpanggil untuk membantu sesama yang mengalami kesulitan dan kesusahan. Terkadang, meski keuangan pas-pasan, kita masih mengusahakan untuk dapat memberikan bantuan pada yang membutuhkan.
Tentu saja, ini perbuatan mulia. Hanya saja, yang harus dipikirkan adalah bagaimana niat mulia ini dapat disalurkan dengan lebih efektif, tanpa mengganggu keuangan kita. Berikut tipsnya:
1. Anggarkan secara rutin 
Bila Anda memang punya keinginan membantu orang yang kesusahan, ada baiknya menganggarkan dana secara rutin. Anda bisa menganggarkannya secara bulanan atau tahunan. Biasanya, bagi beberapa kalangan, saat untuk memberikan bantuan dikaitkan dengan Hari Raya keagamaan, seperti Idul Fitri, Idul Adha, atau hari raya Natal.
Melakukan penganggaran secara rutin, berarti perencanaan biaya sosial akan menjadi lebih baik. Dengan perencanaan yang baik, semakin besar peluang untuk dapat menolong sesama, sekaligus menjaga kestabilan keuangan.
2. Tak harus berupa uang 
Niat mulia untuk membantu orang lain yang membutuhkan tidak harus diwujudkan dalam bentuk uang tunai, lho. Bisa saja Anda melihat, apakah ada barang-barang yang sudah tidak Anda butuhkan lagi yang dapat Anda sumbangkan pada mereka. Siapa tahu lemari pakaian Anda sudah penuh dengan pakaian yang sudah bosan Anda pakai, tetapi fisiknya masih bagus. Jadi, kenapa tidak disumbangkan saja? Atau, Anda punya buku-buku atau majalah bekas di gudang, kenapa tidak dihibahkan saja ke panti asuhan atau taman bacaan?
Selain akan mengurangi tumpukan barang di gudang, Anda juga dapat lebih menghemat pengeluaran, bukan? Lagipula yang lebih penting adalah niat baik untuk menyumbang, bukan wujud sumbangannya. Cara ini bisa juga digunakan dalam memberikan hadiah perkawinan. Daripada memberikan uang, misalnya, kenapa tidak memberikan buku. Selain jatuhnya lebih murah, juga akan lebih berkesan bagi si penerima. Hadiah Anda juga jadi beda sendiri dibanding hadiah orang lain yang kebanyakan memberi amplop?
3. Salurkan langsung kepada yang bersangkutan 
Bagaimana perasaan Anda kalau dana sosial yang susah payah Anda kumpulkan dan sudah Anda setorkan, ternyata tidak diterima oleh yang bersangkutan gara-gara diselewengkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab? Pasti jengkel, bukan?
Tapi ini sering terjadi, lho. Dan seringkali, praktek-praktek penyelewengan dana seperti ini sulit dibuktikan, sehingga kita juga tidak bisa berbuat apa-apa. Solusinya, sedapat mungkin, cobalah memberikan sumbangan itu secara langsung kepada mereka yang membutuhkan, tanpa melalui perantara? Kalaupun Anda terpaksa harus melewati perantara, cobalah untuk memilih perantara yang memang benar-benar terbukti jujur dalam menyalurkan bantuan, misalnya lewat Masjid, Gereja, ataupun badan resmi yang telah disahkan pemerintah, seperti BAZIS.

Sebuah Renungan

--- kisah yang dapat memberi pelajaran yang berarti.....

semoga kita juga mendapatkan yang terbaik.amin


> Happy reading guys.. semoga bisa mengambil hikmahnya.. J
>
> Mungkin ada yang menganggap terlalu naif dan hanya ada di
> dalam cerita
> aja. Apapun itu, kadang memang harus pinggirkan hal duniawi
> dan kembali ke
> dasar kita.
>
> Renungan buat yang sedang mencari pasangan hidup ataupun
> yang sedang
> mengarungi bahtera rumah tangga..
>
> Setiap kali ada teman yang mau menikah, saya selalu
> mengajukan pertanyaan
> yang sama.. Kenapa kamu memilih dia sebagai
> suamimu/istrimu?
> Jawabannya sangat beragam. Dari mulai jawaban karena Allah
> hingga jawaban
> duniawi (cakep atau tajir :D manusiawi lah :P).
>
> Tapi ada satu jawaban yang sangat berkesan di hati saya.
> Hingga detik ini
> saya masih ingat setiap detail percakapannya.
> Jawaban salah seorang teman yang baru saja menikah. Proses
> menuju
> pernikahannya sungguh ajaib. Mereka hanya berkenalan 2
> bulan.
> Lalu memutuskan menikah. Persiapan pernikahan hanya
> dilakukan dalam waktu
> sebulan saja. Kalau dia seorang akhwat, saya tidak akan
> heran.
> Proses pernikahan seperti ini sudah lazim. Dia bukanlah
> akhwat, sama
> seperti saya. Satu hal yang pasti, dia tipe wanita yang
> sangat
> berhati-hati dalam memilih suami..
> Trauma dikhianati lelaki membuat dirinya sulit untuk
> membuka diri. Ketika
> dia memberitahu akan menikah, saya tidak menanggapi dengan
> serius.
> Mereka berdua baru kenal sebulan. Tapi saya berdoa, semoga
> ucapannya
> menjadi kenyataan. Saya tidak ingin melihatnya menangis
> lagi.
> Sebulan kemudian dia menemui saya. Dia menyebutkan tanggal
> pernikahannya.
> Serta memohon saya untuk cuti, agar bisa menemaninya selama
> proses
> pernikahan.
>
> Begitu banyak pertanyaan dikepala saya.. Asli..
>
> Saya pengin tau, kenapa dia begitu mudahnya menerima lelaki
> itu.
> Ada apakan gerangan? Tentu suatu hal yang istimewa. Hingga
> dia bisa
> memutuskan menikah secepat ini. Tapi sayang, saya sedang
> sibuk sekali
> waktu itu (sok sibuk sih aslinya).
> Saya tidak bisa membantunya mempersiapkan pernikahan.
> Beberapa kali dia
> telfon saya untuk meminta pendapat tentang beberapa hal.
> Beberapa kali saya telfon dia untuk menanyakan perkembangan
> persiapan
> pernikahannya. That's all. Kita tenggelam dalam
> kesibukan masing-masing.
>
> Saya menggambil cuti sejak H-2 pernikahannya. Selama cuti
> itu saya
> memutuskan untuk menginap dirumahnya.
>
> Jam 11 malam, H-1 kita baru bisa ngobrol -hanya- berdua.
> Hiruk pikuk persiapan akad nikah besok pagi, sungguh
> membelenggu kita.
> Padahal rencananya kita ingin ngobrol tentang banyak hal.
> Akhirnya, bisa
> juga
> kita ngobrol berdua. Ada banyak hal yang ingin saya
> tanyakan. Dia
> juga ingin bercerita banyak pada saya.
>
> Beberapa kali Mamanya mengetok pintu, meminta kita tidur.
>
> "Aku gak bisa tidur." Dia memandang saya dengan
> wajah memelas. Saya paham
> kondisinya saat ini.
> "Lampunya dimatiin aja, biar dikira kita dah
> tidur."
> "Iya.. ya." Dia mematikan lampu neon kamar dan
> menggantinya dengan lampu
> kamar yang temaram. Kita melanjutkan ngobrol sambil
> berbisik-bisik.
> Suatu hal yang sudah lama sekali tidak kita lakukan. Kita
> berbicara banyak
> hal, tentang masa lalu dan impian-impian kita. Wajah
> sumringahnya terlihat
> jelas dalam keremangan kamar. Memunculkan aura cinta yang
> menerangi kamar
> saat itu. Hingga akhirnya terlontar juga sebuah pertanyaan
> yang selama ini
> saya pendam.
>
> "Kenapa kamu memilih dia?" Dia tersenyum simpul
> lalu bangkit dari tidurnya
> sambil meraih HP dibawah bantalku. Berlahan dia membuka
> laci
> meja riasnya.
>
> Dengan bantuan nyala LCD HP dia mengais lembaran kertas
> didalamnya.
> Perlahan dia menutup laci kembali lalu menyerahkan selembar
> amplop pada
> saya. Saya menerima HP dari tangannya. Amplop putih panjang
> dengan kop
> surat perusahaan tempat calon suaminya bekerja. Apaan sih.
> Saya
> memandangnya tak mengerti. Eeh, dianya malah ngikik geli.
> "Buka aja." Sebuah kertas saya tarik keluar.
> Kertas polos ukuran A4, saya
> menebak warnanya pasti putih hehehe.
>
> Saya membaca satu kalimat diatas dideretan paling atas.
> "Busyet dah nih orang." Saya menggeleng-gelengka
> n kepala sambil menahan
> senyum. Sementara dia cuma ngikik melihat ekspresi saya.
>
> Saya memulai membacanya. Dan sampai saat inipun saya masih
> hapal dengan
> kata-katanya. Begini isi
> surat itu.
>
> Kepada YTH
>
> Calon istri saya, calon ibu anak-anak saya, calon anak Ibu
> saya dan calon
> kakak buat adik-adik saya
>
> Di tempat
>
> Assalamu'alaikum Wr Wb
>
> Mohon maaf kalau anda tidak berkenan. Tapi saya mohon
> bacalah surat ini
> hingga akhir. Baru kemudian silahkan dibuang atau dibakar,
> tapi saya
> mohon, bacalah dulu sampai selesai.
>
> Saya, yang bernama ...... menginginkan anda ......untuk
> menjadi istri
> saya. Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya manusia biasa..
>
> Saat ini saya punya pekerjaan.
>
> Tapi saya tidak tahu apakah nanti saya akan tetap punya
> pekerjaan. Tapi
> yang pasti saya akan berusaha punya penghasilan
> untuk mencukupi kebutuhan
> istri dan anak-anakku kelak.
>
> Saya memang masih kontrak rumah. Dan saya tidak tahu apakah
> nanti akan
> ngontrak selamannya.
>
> Yang pasti, saya akan selalu berusaha agar istri dan
> anak-anak saya tidak
> kepanasan dan tidak kehujanan.
>
> Saya hanyalah manusia biasa, yang punya banyak kelemahan
> dan beberapa
> kelebihan. Saya menginginkan anda untuk mendampingi saya..
> Untuk menutupi
> kelemahan saya dan mengendalikan kelebihan saya. Saya hanya
> manusia biasa.
> Cinta saya juga biasa saja..
>
> Oleh karena itu. Saya menginginkan anda mau membantu saya
> memupuk dan
> merawat cinta ini, agar menjadi luar biasa.
>
> Saya tidak tahu apakah kita nanti dapat bersama-sama sampai
> mati. Karena
> saya tidak tahu suratan jodoh saya.
>
> Yang pasti saya akan berusaha sekuat tenaga menjadi suami
> dan ayah yang
> baik. Kenapa saya memilih anda ?
>
> Sampai saat ini saya tidak tahu kenapa saya memilih
> anda.
>
> Saya sudah sholat istiqaroh berkali-kali, dan saya semakin
> mantap memilih
> anda.
>
> Yang saya tahu, Saya memilih anda karena Allah.. Dan yang
> pasti, saya
> menikah untuk menyempurnakan agama saya, juga sunnah
> Rasulullah.
>
> Saya tidak berani menjanjikan apa-apa, saya hanya berusaha
> sekuat mungkin
> menjadi lebih baik dari saat ini.
>
> Saya mohon sholat istiqaroh dulu sebelum memberi jawaban
> pada saya.
>
> Saya kasih waktu minimal 1 minggu, maksimal 1 bulan.
>
> Semoga Allah ridho dengan jalan yang kita tempuh ini. Amin
>
> Wassalamu'alaikum Wr Wb
>
> Saya memandang surat itu lama. Berkali-kali saya
> membacanya. Baru kali ini
> saya membaca surat 'lamaran' yang begitu indah.
> Sederhana, jujur dan realistis. Tanpa janji-janji gombal
> dan kata yang
> berbunga-bunga.
> Surat cinta minimalis, saya menyebutnya :D.
> Saya menatap sahabat disamping saya. Dia menatap saya
> dengan senyum
> tertahan.
>
> "Kenapa kamu memilih dia.."
>
> "Karena dia manusia biasa." Dia menjawab mantap.
> "Dia sadar bahwa dia
> manusia biasa. Dia masih punya Allah yang mengatur
> hidupnya.
> Yang aku tahu dia akan selalu berusaha tapi dia tidak
> menjanjikan apa-apa.
> Soalnya dia tidak tahu, apa yang akan terjadi pada kita
> dikemudian hari.
> Entah kenapa, Itu justru memberikan kenyamanan tersendiri
> buat aku."
>
> "Maksudnya?"
>
> "Dunia ini fana. Apa yang kita punya hari ini belum
> tentu besok masih ada.
> Iya kan ? Paling gak.Aku tau bahwa dia gak bakal frustasi
> kalau suatu saat
>
> nanti kita jadi gembel.
>
> "Ssttt." Saya membekap mulutnya. Kuatir ada yang
> tau kalau kita belum
> tidur. Terdiam kita memasang telinga.
> Sunyi.. Suara jengkering terdengar nyaring diluar tembok.
> Kita saling
> berpandangan lalu cekikikan sambil menutup mulut
> masing-masing.
> "Udah tidur. Besok kamu kucel, ntar aku yang dimarahin
> Mama." Kita kembali
> rebahan. Tapi mata ini tidak bisa terpejam. Percakapan kita
> tadi masih
> terngiang terus ditelinga saya.
> "Gik..."
> "Tidur. Dah malam." Saya menjawab tanpa menoleh
> padanya.. Saya ingin dia
> tidur, agar dia terlihat cantik besok pagi. Kantuk saya
> hilang sudah,
> kayaknya gak bakalan tidur semaleman nih.
>
> Satu lagi pelajaran pernikahan saya peroleh hari itu.
>
> Ketika manusia sadar dengan kemanusiannya. Sadar bahwa
> ada hal lain yang mengatur segala kehidupannya.
> Begitupun dengan sebuah pernikahan. Suratan jodoh sudah
> tergores sejak ruh
> ditiupkan dalam rahim. Tidak ada seorang pun yang tahu
> bagaimana dan
> berapa lama pernikahnnya kelak.
> Lalu menjadikan proses menuju pernikahan bukanlah sebagai
> beban tapi
> sebuah 'proses usaha'. Betapa indah bila proses
> menuju pernikahan
> mengabaikan harta, tahta dan 'nama'.
> Embel-embel predikat diri yang selama ini melekat
> ditanggalkan.
> Ketika segala yang 'melekat' pada diri bukanlah
> dijadikan pertimbangan
> yang utama.
> Pernikahan hanya dilandasi karena Allah semata. Diniatkan
> untuk ibadah.
> Menyerahkan secara total pada Allah yang membuat
> skenarionya.
> Maka semua menjadi indah.
>
> Hanya Allah yang mampu menggerakkan hati setiap umat-NYA.
> Hanya Allah yang
> mampu memudahkan segala urusan. Hanya Allah yang mampu
> menyegerakan sebuah
> pernikahan.
>
> Kita hanya bisa
> memohon keridhoan Allah. Meminta-NYA mengucurkan barokah
> dalam sebuah pernikahan. Hanya Allah jua yang akan menjaga
> ketenangan dan
> kemantapan untuk menikah.
>
> Lalu, bagaimana dengan cinta ?
>
> Ibu saya pernah bilang, Cinta itu proses.
> Proses dari ada, menjadi hadir, lalu tumbuh, kemudian
> merawatnya.
> Agar cinta itu bisa bersemi dengan indah menaungi dua insan
> dalam
> pernikahan yang suci. Witing tresno jalaran
> garwo(sigaraning nyowo),
> kalau diterjemahkan secara bebas. Cinta tumbuh karena
> suami/istri (belahan
> jiwa).
> Cinta paling halal dan suci. Cinta dua manusia biasa, yang
> berusaha
> menggabungkannya agar menjadi cinta yang luar biasa.